BerbilangnyaAsbab an-Nuzul untuk satu Ayat (Ta'addud As-Sabab wa Nazil Al- wahid) Pada kenyataannya, tidak setiap ayat memiliki riwayat asbab an-Nuzul dalam satu versi. Adakalanya satu ayat memiliki beberapa versi riwayat asbab an-Nuzul. Tentu saja, hal itu tidak akan menjadi persoalan bila riwayat-riwayat itu tidak mengandung kontradiksi.
Al-Qur’an tidak turun dalam satu masyarakat yang hampa budaya. Sekian banyak ayatnya oleh ulama dinyatakan sebagai harus dipahami dalam konteks sebab nuzul-nya. Hal ini berarti bahwa arti "sebab" dalam rumusan di atas -walaupun tidak dipahami dalam arti kausalitas, sebagaimana yang diinginkan oleh mereka yang berpaham bahwa "Al-Qur'an qadim"- tetapi paling tidak ia menggambarkan bahwa ayat yang turun itu berinteraksi dengan kenyataan yang ada dan dengan demikian dapat dikatakan bahwa "kenyataan" tersebut mendahului atau paling tidak bersamaan dengan keberadaan ayat yang turun di bumi kaitannya dengan asbabun nuzul, mayoritas ulama mengemukakan kaidah al-'ibrah bi 'umum al-lafzh la bi khushush al-sabab patokan dalam memahami ayat adalah redaksinya yang bersifat umum, bukan khusus terhadap pelaku kasus yang menjadi sebab turunnya. Sedangkan sebagian kecil dari mereka mengemukakan kaidah sebaliknya, al-'ibrah bi khushush al-sabab la bi 'umum al-lafzh patokan dalam memahami ayat adalah kasus yang menjadi sebab turunnya, bukan redaksinya yang bersifat umum.Di sini perlu kiranya dipertanyakan "Bukankah akan lebih mendukung pengembangan tafsir jika pandangan minoritas di atas yang ditekankan?" Tentunya, jika demikian, maka perlu diberikan beberapa catatan penjelasan sebagai berikutSeperti diketahui setiap asbabun nuzul pasti mencakup a peristiwa, b pelaku, dan c waktu. Tidak mungkin benak akan mampu menggambarkan adanya suatu peristiwa yang tidak terjadi dalam kurun waktu tertentu dan tanpa selama ini pandangan menyangkut asbabun nuzul dan pemahaman ayat sering kali hanya menekankan kepada peristiwanya dan mengabaikan "waktu" terjadinya -setelah terlebih dahulu mengabaikan pelakunya- berdasarkan kaidah yang dianut oleh mayoritas penganut paham al-'ibrah bi khushush al-sabab, menekankan perlunya analogi qiyas untuk menarik makna dari ayat-ayat yang memiliki latar belakang asbabun nuzul itu, tetapi dengan catatan apabila qiyas tersebut memenuhi syarat-syaratnya. Muhammad Abdul Azhim Al-Zarqaniy, Manahil Al-'Irfan, Al-Halabiy, Mesir, Cet. III, 1980 Jilid I h. 125Pandangan mereka ini, hendaknya dapat diterapkan tetapi dengan memperhatikan faktor waktu, karena kalau tidak, ia menjadi tidak relevan untuk dianalogikan. Bukankah, seperti dikemukakan di atas, ayat Al-Qur’an tidak turun dalam masyarakat hampa budaya dan bahwa "kenyataan mendahului/bersamaan dengan turunnya ayat"?Analogi yang dilakukan hendaknya tidak terbatas oleh analogi yang dipengaruhi oleh logika formal al-manthiq, al-shuriy yang selama ini banyak mempengaruhi para fuqaha' kita. Tetapi, analogi Yang lebih luas dari itu, yang meletakkan di pelupuk mata al-mashalih al-mursalah dan yang mengantar kepada kemudahan pemahaman agama, sebagaimana halnya pada masa Rasul dan para sahabat." Yusuf Kamil, Al-'Ashriyun Mu'tazilat Al-Yawm, Al-Wafa' Al-Mansurah, Mesir, 1985, h. 22Qiyas yang selama ini dilakukan menurut Ridwan Al-Sayyid adalah berdasarkan rumusan Imam Al-Syafi'i, yaitu Ilhaq far'i bi ashl li ittihad al-'illah, yang pada hakikatnya tidak merupakan upaya untuk mengantisipasi masa depan, tetapi sekadar membahas fakta yang ada untuk diberi jawaban agama terhadapnya dengan membandingkan fakta itu dengan apa yang pernah ada. Ridhwan Al-Sayyid, Al-Islam Al-Mu'ashir, Naz'at fi Al-Hadhir wa Al-Mustaqbal, Dar Al-'Ulum Al-Arabiyah, Beirut, 1986, h. 90Pengertian asbabun nuzul dengan demikian dapat diperluas sehingga mencakup kondisi sosial pada masa turunnya Al-Qur'an dan pemahamannya pun dapat dikembangkan melalui kaidah yang pernah dicetuskan oleh ulama terdahulu, dengan mengembangkan pengertian qiyas. FathoniDisunting dari M. Quraish Shihab dalam buku karyanya ”Membumikan Al-Qur’an Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat” Mizan, 1999.
Jadidapat dipahami bahwa Asbab al-Nuzul ada beberapa unsur penting yang harus dilihat dalam menganalisa sebab turunnya suatu ayat, yaitu adanya suatu peristiwa, pelaku, waktu, dan tempat perlu diidentifikasi dengan cermat guna menerapkan ayat-ayat itu pada kasus lain dan di tempat dan waktu yang berbeda. Hal ini tidak berarti bahwa setiap ayat yang turun disebabkan oleh suatu peristiwa atau kejadian, atau karena adanya pertanyaan kepada Nabi mengenai agama.
B. Macam-Macam dan Pembagian Asbabun Nuzul a. Dilihat dari Sudut Pandang Redaksi-Redaksi yang Dipergunakan dalam Riwayat Asbab An-Nuzul Ada dua jenis redaki yang digunakan oleh perawi dalam mengungkapkan riwayat asbab an-nuzul, yaitu 1. SharihVisionablejelas Artinya riwayat yang sudah jelas menunjukkan asbab an-nuzul, dan tidak mungkin pula menunjukkan yang lainnya. Redaksi yang digunakan termasuk sharih bila perawi megatakan “sebab turun ayat ini adalah...” Atau ia menggunakan kata “maka” fa taqibiyah setelah ia mengatakan peristiwa tertentu. Misalnya ia mengatakan “Telah terjadi..., maka turunlah ayat...” “Rasulullah pernah ditanya tentang..., maka turunlah ayat...” Contoh riwayat asbab an-nuzul yang menggunakan redaksi sharih adalah sebuah riwayat yang dibawakan oleh Jabir bahwa orang-orang Yahudi berkata, “apabila seorang suami mendatangi “qubul” istrinya dari belakang, anak yang lahir akan juling.” Maka turunlah Al-Baqarah ayat 223. “223. isteri-isterimu adalah seperti tanah tempat kamu bercocok tanam, Maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki. dan kerjakanlah amal yang baik untuk dirimu, dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemui-Nya. dan berilah kabar gembira orang-orang yang beriman.” Al-Baqarah ayat 223. 2. Muhtamilah Bila perawi mengatakan “Ayat ini turun berkenaan dengan ...” Misalnya, riwayat Ibnu Umar yang menyatakan “ayat,istri-istri kallian adalah ibarat tanah tempat bercocok tanam, turun berkenaan dengan mendatangimenyetubuhi istri dari belakang.” Bukhari. Atau perawi mengatakan “saya kira ayat ini turun berkenaan dengan...” 10 Mengenai riwayat asbab an-nuzul yang menggunakan redaksi “muhtamilah”, Az-Zarkasy menuturkan dalam kitabnya Al-Burhan fi Ulum Al-Quran “sebagaimana diketahui, telah terjadi kebiasaan para sahabat Nabi dan Tabi’in, jika seorang di antara mereka berkata, Ayat ini diturunkan berkenaan dengan...’. Maka yang dimaksud adalah ayat itu mencakup ketentuan hukum tentang ini atau itu, dan bukan bermaksud menguraikan sebab turunnya ayat.” Skema Redaksi Periwayatan Asbab An-Nuzul b. Dilihat dari Sudut Pandang Berbilangnya Asbab an-Nuzul untuk Satu Ayat atau Berbilangnya Ayat untuk Asbab An-Nuzul 1. Berbilangnya Asbab an-Nuzul untuk satu Ayat Ta’addud As-Sabab wa Nazil Al- wahid Pada kenyataannya, tidak setiap ayat memiliki riwayat asbab an-Nuzul dalam satu versi. Adakalanya satu ayat memiliki beberapa versi riwayat asbab an-Nuzul. Tentu saja, hal itu tidak akan menjadi persoalan bila riwayat-riwayat itu tidak mengandung kontradiksi. Bentuk variasi itu terkadang dalam redaksinya dan terkadang pula dalam kualitasnya. Untuk mengatasi variasi riwayat asbab An-Nuzul dalam satu ayat dari sisi redaksi, para ulama mengemukakan cara-cara berikut. 11 R e d a k s i R i w a y a t A s b a b A n - N u z u l P a s t i s h a r i h A s b a b A n - N u z u l h a d z i h i a l a y a t k a d z . . . T i d a k P a s t i M u h t a m i l N a z a l a t h a d z i h i a l - a y a t f i k a d z a . . . a. Tidak Mempermasalahkannya Cara ini ditempuh apabila variasi riwayat-riwayat asbab An-Nuzul ini menggunakan redaksi muhtamilahtidak pasti. b. Mengambil versi riwayat asbab An-Nuzul yang menggunakan redaksi sharih. Cara ini digunakan bila ssalah satu versi riwayat asabab An-Nuzul itu tidak menggunakan redaksi sharihpasti. c. Mengambil versi riwayat yang sahihvalid Cara ini digunakan apabila seluruh riwayat itu menggunakan redaksi “sharih”pasti, tetapi kualitas salah satunya tidak sahih. Adapun terhadap variasi riwayat asbab An-Nuzul dalam satu ayat, versi berkualitas, para ulama mengemukakan langkah-langkah sebagai berikut. a. Mengambil versi riwayat yang sahih. Cara ini mengambil bila terdapat dua versi riwayat tentang asbab An-Nuzul satu ayat, satu versi berkualitas sahih, sedangkan yang lainnya tidak. Misalnya dua versi riwayat asbab An-Nuzul kontradiktif untuk surat Adh-Dhuha[93] ayat 1-3. b. Melakukan studi selektif tarjih Langkah ini diambil bila kedua versi asbab An-Nuzul yang berbeda-beda itu kualitasnya sama-sama sahih. Seperti asbab An-Nuzul yang berkaitan dengan turunnya ayat tentang roh. c. Melakukan studi kompromi jama’ Langkah ini diambil bila kedua riwayat yang kontradiktif itu sama-sama memiliki status kesahihan hadis yang sederajat dan tidak mungkin dilakukan tarjih. 12 Skema Variasi Periwayatan Asbab An-Nuzul 2. Variasi Ayat untuk Satu Sebab Ta’addud Nazil wa As-Sabab Al-Wahid Terkadang suatu kejadian menjadi sebab bagi turunnya, dua ayat atau lebih. Hal ini dalam Ulumul Quran disebut dengan istilah “Ta’addud Nazil wa As-Sabab Al-Wahid”terbilang ayat yang turun,sedangkan sebab turunnya satu. Contoh satu kejadian yang menjadi sebab bagi dua ayat yang diturunkan, sedangkan antara yang satu dengan yang lainnya berselang lama adalah riwayat asbab An-Nuzul yang diriwayatkan oleh Ibn Jarir Ath-Thabari, Ath-Thabrani, dan Ibn Mardawiyah dari Ibn Abbas. Demikian pula Al-Hakim meriwayatkan hadis yang sama, redaksi yang sama dan mengatakan , “Maka Allah menurunkan surah Al-Mujadalah[58] ayat 18-19. 3 C. Cara Mengetahui Riwayat Asbab An-Nuzul
MengetahuiAsbabun Nuzul suatu ayat itu sangat pentng karena dengan adanya kita mengetahuinya tahu mengapa ayat - ayat itu di turunkan oleh Allah SWT, Adapun Manfaat Jika Kita Mengetahui Asbabun Nuzul Diantaranya : Memperjelas bahwa Al Quran itu turun dari Allah Swt. Hal ii di karenakan atika rosullallah di tanya mengenai suatu hal, kadang
Benarkah Setiap Ayat Al-Quran Memiliki Asbabun Nuzul? – Mungkin ada di antara umat Islam yang belum tahu apa itu Asbabun Nuzul. Di dalam ilmu Al-Quran, Asbabun Nuzul adalah peristiwa ataupun kejadian yang menjadi sebab turunnya suatu ayat Al-Quran. Jadi Al-Quran tidak diturunkan sekali turun langsung ayat langsung, akan tetapi berangsur-angsur selama lebih dari 20 tahun. Kenapa hal ini dilakukan Allah? Berkatalah orang-orang yang kafir "Mengapa Al-Quran itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?"; demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacanya secara tartil teratur dan benar. Al-Furqaan 32 Pada ayat lain Allah Ta’ala berfirman, Dan Al-Quran itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian. Al-Israa’ 106 Hikmahnya adalah agar ayat-ayat yang diturunkan lebih meresap ke dalam hati manusia. Begitu pula Asbabun Nuzul. Dengan adanya Asbabun Nuzul ini, orang-orang yang membaca Al-Quran akan lebih meresapi dan menghayati ayat yang dibaca. Timbul pertanyaan, apakah setiap ayat di Al-Quran memiliki asbabun nuzul? Jawabannya adalah tidak. Ada ayat Al-Quran yang turun karena suatu peristiwa dan ada pula ayat Al-Quran yang diturunkan tanpa adanya rangkaian peristiwa alias turun begitu saja. Ayat-ayat yang tidak memiliki Asbabun Nuzul biasanya kisah-kisah seperti kisah para nabi. Tetapi tidak semua kisah para nabi di Al-Quran tidak memiliki Asbabun Nuzul dan tidak semua Asbabun Nuzul itu kisah para nabi. Adapun ayat yang memiliki Asbabun Nuzul biasanya untuk menerangkan hukum, syariat dan lain sebagainya. Salah satu contoh ayat di Al-Quran yang tidak memiliki Asbabun Nuzul Misalnya adalah surah Al-An’aam. Dalam hadits Abdullah bin Umar radhiyallahu anhuma yang diriwayatkan secara marfu’, Turun kepadaku surat Al-An’am, satu surat sekaligus. Diiringi oleh malaikat. Mereka menyuarakan tasbih dan tahmid. HR. Thabrani dalam al-Mu’jam al-Ausath no. 3316 dan Abu Nua’im dalam al-Hilyah, 3/44 dan di sana ada perawi bernama Yusuf bin Athiyah as-Shaffar dan dia dhaif. Di dalam riwayat lain, yaitu Jabir bin Abdillah radhiyallahu anhuma, dia berkata, Ketika turun surat Al-An’am, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bertasbih. Kemudian beliau mengatakan, “Sungguh, ada malaikat yang jumlahnya menutupi ufuq yang mengiringi turunnya surat ini.” HR. Hakim 2/314, dan Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman, no. 2431 Jadi tidak semua ayat Al-Quran memiliki Asbabun Nuzul. Inilah yang kebanyakan. Adapun beberapa ayat yang memiliki Asbabun Nuzul seperti Surah Thaahaa ayat 105 Dan mereka bertanya kepadamu tentang gunung-gunung, maka katakanlah "Tuhanku akan menghancurkannya di hari kiamat sehancur-hancurnya, Thaahaa 105 Diriwayatkan oleh Ibnu Mundzir yang bersumber dari Ibnu Juraij bahwa kaum Quraisy bertanya “Apakah yang akan dilakukan Rabb-mu pada hari kiamat terhadap gunung-gunung?” ayat ini Thaahaa 105 turun sebagai penjelasan bahwa gunung-gunung itu pada hari kiamat akan dihancurkan seremuk-remuknya. Contoh lainnya adalah Surah Al-Hijr ayat 49-50 Kabarkanlah kepada hamba-hamba-Ku, bahwa sesungguhnya Aku-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang, dan bahwa sesungguhnya azab-Ku adalah azab yang sangat pedih. Al-Hijr 49-50 Diriwayatkan oleh ath-Thabarani yang bersumber dari Abdullah bin Zubair bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menegur para shahabatnya yang sedang tertawa saat beliau lewat di tempat itu, dengan berkata “Apa gerangan yang menyebabkan kalian tertawa? Padahal surga dan neraka itu sudah diperingatkan kepada kalian.” Maka turunlah ayat ini al-Hijr 49-50 sebagai teguran kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam supaya membiarkan mereka tertawa, karena Allah itu ghafuurur rahiim Maha Pengampun lagi Maha Penyayang, tetapi juga mengingatkan mereka bahwa siksa Allah sangat pedih. Diriwayatkan oleh Ibnu Marduwaih yang bersumber dari salah seorang shahabat Nabi shallallahu alaihi wa sallam bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam melihat para shahabat dari pintu Bani Syaibah, sambil bersabda “Aku tidak ingin melihat kalian tertawa.” Kemudian beliau shallallahu alaihi wa sallam meninggalkan mereka. Tidak lama kemudian beliau kembali lagi sambil mundur dan bersabda “Ketika aku tiba di Hijr Isma’il, Jibril datang menegurku “Hai Muhammad, sesungguhnya Allah berfirman kepadamu Mengapa engkau memutuskan harapan hamba-hamba-Ku?” sebagaimana firman-Nya dalam al-Hijr 49-50. Itulah pembahasan singkat kita mengenai Asbabun Nuzul. Semoga menambah khazanah ilmu pengetahuan agama kita. Baca Juga Sunnah Tidur Menghadap Kiblat? Semoga bermanfaat. Diselesaikan pada 12 Muharram 1439 Hijriyah/2 Oktober 2017 Masehi.
AsbābunNuzūl (Arab: اسباب النزول, Sebab-sebab Turunnya (suatu ayat)) adalah ilmu Al-Qur'an yang membahas mengenai latar belakang atau sebab-sebab suatu atau beberapa ayat al-Qur'an diturunkan. Pada umumnya, Asbabun Nuzul memudahkan para Mufassir untuk menemukan tafsir dan pemahaman suatu ayat dari balik kisah diturunkannya ayat itu.
Asbābun Nuzūl bahasa Arab اسباب النزول, sebab-sebab turunnya suatu ayat adalah ilmu Al-Qur'an yang membahas mengenai latar belakang atau sebab-sebab suatu atau beberapa ayat al-Qur'an diturunkan. Pada umumnya, Asbabun Nuzul memudahkan para Mufassir untuk menemukan tafsir dan pemahaman suatu ayat dari balik kisah diturunkannya ayat itu. Selain itu, ada juga yang memahami ilmu ini untuk menetapkan hukum dari hikmah di balik kisah diturunkannya suatu ayat.[1] Ibnu Taimiyyah mengemukakan bahwa mengetahui Asbabun Nuzul suatu ayat dapat membantu Mufassir memahami makna ayat. Pengetahuan tentang Asbabun Nuzul suatu ayat dapat memberikan dasar yang kukuh untuk menyelami makna suatu ayat Al-Qur’an.[2] Al-Quran bukanlah merupakan sebuah "buku" dalam pengertian umum, karena ia tidak pernah diformulasikan, tetapi diwahyukan secara berangsur-angsur kepada Nabi Muhammad SAW sejauh situasi-situasi menuntutnya. Al-Quran pun sangat menyadari kenyataan ini sebagai suatu yang akan menimbulkan keusilan di kalangan pembantahnya QS. Al-Furqan [251 32. Seperti yang diyakini sampai sekarang, pewahyuan Al-Quran secara total dalam sekali waktu secara sekaligus adalah sesuatu yang tidak mungkin, karena pada kenyataannya AlQuran diturunkan sebagai petunjuk bagi kaum muslimin secara berangsur-angsur sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan yang timbul.[3] Sebagian tugas untuk memahami pesan dari Al-Quran sebagai suatu kesatuan adalah mempelajarinya dalam konteks latar belakangnya. Latar belakang yang paling dekat adaiah kegiatan dan perjuangan Nabi yang berlangsung selama dua puluh tiga tahun di bawah bimbingan terhadap perjuangan Nabi Yang secara keseluruhan sudah terpapar dalam sunnahnya, kita perlu memahaminya dalam konteks perspektif Arab pada masa awal penyebaran Islam, karena aktivitas Nabi berada di dalamnya. Oleh karena itu, adat-istiadat, lembaga-lembaga serta pandangan hidup bangsa Arab pada umumnya menjadi esensial diketahui dalam rangka memahami konteks aktivitas Nabi. Secara khusus, situasi Makkah pra Islam perlu dipahami terlebih dahulu secara mendalam. Tanpa memahami masalah ini, pesan Al-Quran sebagai suatu kebutuhan tidak akan dapat dipahami. Orang akan salah menangkap pesan-pesan Al-Quran secara utuh, jika hanya memahami bahasanya saja, tanpa memahami konteks historisnya. Agar dipahami secara utuh, Al-Quran harus dicerna dalam konteks perjuangan Nabi dan latar belakang perjuangannya. Oleh sebab itu, hampir semua literatur yang berkenaan dengan Al-Quran menekankan pentingnya asbab annuzul alasan pewahyuan.[3]
ASBABUNNUZUL OLEH: Muhammad Zidan Syarif (1902046031) Selma Salsabila Andini (1902046055) Najih Mumtaza Zen (1902046059) Hasna Aldora Fauziah R (1902046060) T
Asbabun Nuzul Refleksi Al-quran BAB I PENDAHULUAN Al-Qur’an bukanlah sebuah buku dalam pengertian umum, kerena ia tidak pernah diformulasikan tetapi diwahyukan secara berangsur-angsur kepada Nabi Muhamad SAW. melalui malaikat Jibril untuk dijadikan pedoman hidup bagi umat manusia dalam mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat serta diturunkan sesuai dengan situasi dan kondisi atau peristiwa yang tejadi pada saat itu. Sebahagian tugas untuk memahami pesan Al-Qur’an sebagai suatu kesatuan adalah mempelajarinya dalam konteks latar belakangnya. Latar belakang yang paling dekat adalah kegiatan dan perjuangan nabi yang berlangsung selama dua puluh tiga tahun dibawah naungan Al-Qur’anul Karim. Untuk lebih mengetahui perjuangan nabi kita juga harus memahami lingkungan pergaulan pada awal Masa penyebaran Islam, oleh karena itu kita harus mengetahui bagaimana adat istiadat, lembaga-lembaga serta pandangan hidup bangsa arab pada umumnya. Dengan memahami masalah ini, kita akan dapat menangkap pesan-pesan Al-Qur’an secara utuh dan dalam berbagai konteks historisnya bukan hanya memahami bahasanya saja. Oleh karena itu hampir semua literatur yang berkenaan dengan Al-Qur’an menekankan pentingnya Mempelajari Alquran. BAB II PEMBAHASAN A. ULUMUL QURÁN 1. Pengertian Ulumul Quran Secara etimologi, kata Ulumul Qur’an berasal dari bahasa Arab yang terdiri dari dua kata, yaitu “ulum” dan “Al-Qur’an”. Kata ulum adalah bentuk jama’ dari kata “ilmu” yang berarti ilmuilmu. Kata ulum yang disandarkan kepada kata Al-Qur’an telah memberikan pengertian bahwa ilmu ini merupakan kumpulan sejumlah ilmu yang berhubungan dengan Al-Qur’an, baik dari segi keberadaanya sebagai Al-Qur’an maupun dari segi pemahaman terhadap petunjuk yang terkandung di dalamnaya. Dengan demikian, ilmu tafsir, ilmu qira’at, ilmu rasmil Qur’an, ilmu I’jazil Qur’an, ilmu asbabun nuzul, dan ilmu-ilmu yang ada kaitanya dengan Al-Qur’an menjadi bagian dari ulumul Qur’an. Sedangkan menurut terminologi terdapat berbagai definisi yang dimaksud dengan ulumul Qur’an diantara lain • Assuyuthi dalam kitab itmamu al-Dirayah mengatakan “Ilmu yang membahas tentang keadaan Al-Qur’an dari segi turunya, sanadnya, adabnya makna-maknanya, baik yang berhubungan lafadz-lafadznya maupun yang berhubungan dengan hukum-hukumnya, dan sebagainya”. • Al-Zarqany memberikan definisi sebagai berikut “Beberapa pembahasan yang berhubungan dengan Al-Qur’an Al-Karim dari segi turunya, urutanya, pengumpulanya, penulisanya, bacaanya, penafsiranya, kemu’jizatanya, nasikh mansukhnya, penolakan hal-hal yang bisa menimbulkan keraguan terhadapnya, dan sebagainya”. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa ulumul qur’an adalah ilmu yang membahas hal-hal yang berhubungan dengan Al-Qur’an, baik dari aspek keberadaanya sebagai Al-Qur’an maupun aspek pemahaman kandunganya sebagai pedoman dan petunjuk bagi manusia atau ilmuilmu yang berhubungan dengan berbagai aspek yang terkait dengan keperluan membahas al-Qur’an. 2. Ruang Lingkup Pembahasan Al-Qur’an Ulumul Qur’an merupakan suatu ilmu yang mempunyai ruang lingkup pembahasan yang luas. Ulumul Qur’an meliputi semua ilmu yang ada kaitanya dengan Al-Qur’an, baik berupa ilmu-ilmu agama, seperti ilmu tafsir maupun ilmu-ilmu bahasa Arab, seperti ilmu balaghah dan ilmu I’rab alQur’an. Disamping itu, masih banyak lagi ilmu-ilmu yang tercakup di dalamnya. Dalam kitab AlItqan, Assyuyuthi menguraikan sebanyak 80 cabang ilmu. Dari tiap-tiap cabang terdapat beberapa macam cabang ilmu lagi. Kemudian dia mengutip Abu Bakar Ibnu al_Araby yang mengatakan bahwa ulumul qur’an terdiri dari 77450 ilmu. Hal ini didasarkan kepada jumlah kata yang terdapat dalam al-qur’an dengan dikalikan empat. Sebab, setiap kata dalam al-Qur’an mengandung makna Dzohir, batin, terbatas, dan tidak terbatas. Perhitungan ini masih dilihat dari sudut mufrodatnya. Adapun jika dilihat dari sudut hubungan kalimat-kalimatnya, maka jumlahnya menjadi tidak terhitung. Firman Allah Katakanlah Sekiranya lautan menjadi tinta untuk menulis kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis ditulis kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu pula. Al-Kahfi 109 C. Pokok Pembahasan Secara garis besar Ilmu alQur’an terbagi dua pokok bahasan yaitu 1. Ilmu yang berhubungan dengan riwayat semata-mata, seperti ilmu yang membahas tentang macam-macam qira’at, tempat turun ayat-ayat Al-Qur’an, waktu-waktu turunnya dan sebabsebabnya. 2. Ilmu yang berhubungan dengan dirayah, yakni ilmu yang diperoleh dengan jalan penelaahan secara mendalam seperti memahami lafadz yang ghorib asing serta mengetahui makna ayat-ayat yang berhubungan dengan hukum. Namun, Ash-Shidiqie memandang segala macam pembahasan ulumul Qur’an itu kembali kepada beberapa pokok pembahasan saja seperti v Nuzul. Permbahasan ini menyangkut dengan ayat-ayat yang menunjukan tempat dan waktu turunya ayat Al-Qur’an misalnya makkiyah, madaniyah, hadhariah, safariyah, nahariyah, lailiyah, syita’iyah, shaifiyah, dan firasyiah. Pembahasan ini juga meliputi hal yang menyangkut asbabun nuzul dan sebagainya. v Sanad. Pembahasan ini meliputi hal-hal yang menyangkut sanad yang mutawattir, ahad, syadz, bentuk-bentuk qira’at nabi, para periwayat dan para penghapal Al-Qur’an Al-Qur’an, dan Cara Tahammul penerimaan riwayat. v Ada’ al-Qira’ah. Pembahasan ini menyangkut waqof, ibtida’, imalah, madd, takhfif hamzah, idghom. v Pembahasan yang menyangkut lafadz Al-Qur’an, yaitu tentang gharib, mu,rab, majaz, musytarak, muradif, isti’arah, dan tasybih. v Pembahasan makna Al-Qur’an yang berhubungan dengan hukum, yaitu ayat yang bermakna Amm dan tetap dalam keumumanya, Amm yang dimaksudkan khusus, Amm yang dikhususkan oleh sunnah, nash, dhahir, mujmal, mufashal, manthuq, mafhum, mutlaq, muqayyad, muhkam, mutasyabih, musykil, nasikh mansukh, muqaddam, mu’akhar, ma’mul pada waktu tertentu, dan ma’mul oleh seorang saja. v Pembahasan makna Al-Qur’anyang berhubungan dengan lafadz, yaitu fashl, washl, ijaz, ithnab, musawah, dan qashr. D. Sejarah Perkembangan Ulumul Qur’an Sebagai ilmu yang terdiri dari berbagai cabang dan macamnya, ulumul Qur’an tidak lahir sekaligus. Ulumul Qur’an menjelma menjadi suatu disiplin ilmu melalui proses pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan kebutuhan dan kesempatan untuk membenahi Al-Qur’an dari segi keberadaanya dan segi pemahamanya. Di masa Rasul SAW dan para sahabat, ulumul Qur’an belum dikenal sebagai suatu ilmu yang berdiri sendiri dan tertulis. Para sahabat adalah orang-orang Arab asli yang dapat merasakan struktur bahasa Arab yang tinggi dan memahami apa yang diturunkan kepada Rasul, dan bila menemukan kesulitan dalam memahami ayat-ayat tertentu, mereka dapat menanyakan langsung kepada Rasul SAW. Di zaman Khulafa’u Rasyiddin sampai dinasti umayyah wilayah islam bertambah luas sehingga terjadi pembauran antara orang Arab dan bangsa-bangsa yang tidak mengetahui bahasa Arab. Keadaan demikian menimbulkan kekhawatiran sahabat akan tercemarnya keistimewaan bahasa arab, bahkan dikhawatirkan tentang baca’an Al-Qur’an yang menjadi sebuah standar bacaan mereka. Untuk mencegah kekhawatiran itu, disalinlah dari tulisan-tulisan aslinya sebuah al-qur’an yang disebut mushaf imam. Dan dari salinan inilah suatu dasar ulumul Qur’an yang disebut Al rasm Al-Utsmani. Kemudian, Ulumul Qur’an memasuki masa pembukuanya pada abad ke-2 H. Para ulama memberikan prioritas perhatian mereka kepada ilmu tafsir karena fungsinya sebagai umm al ulum alQur’aniyyah. Para penulis pertama dalam tafsir adalah Syu’bah ibn al-Hajjaj 160 H, Sufyan Ibn Uyaynah 198 H, dan Wali Ibn al-Jarrah 197 H. dan pada abad ke-3 muncul tokoh tafsir yang merupakan mufassir pertama yang membentangkan berbagai pendapat dan mentarjih sebagianya. Beliau adalah Ibn jarir atThabari 310 H. Selanjutnya sampai abad ke-13 ulumul Qur’an terus berkembang pesat dengan lahirnya tokoh-tokoh yang selalu melahirkan buah karyanya untuk terus melengkapi pembahasan-pembahasan yang berhubungan dengan ilmu tersebut. Diantara sekian banyak tokoh-tokoh tersebut, Jalaluddin al-bulqini 824 H pengarang kitab Mawaqi’ Al-ulum min Mawaqi’ al-Nujum dipandang Assuyuthi sebagai ulama yang mempelopori penyusunan Ulumul Qur’an yang lengkap. Sebab, dalam kitabnya tercakup 50 macam ilmu Al-Qur’an. Jalaluddin alSyuyuthi 991 H menulis kitab Al-Tahhir fi Ulum al-Tafsir. Penulisan kitab ini selesai pada tahun 873 H. kitab ini memuat 102 macam ilmu-ilmu Al-Qur’an. Karena itu, menurut sebagian ulama, kitab ini dipandang sebagai kitab Ulumul Qur’an paling Al-Syuyuthi belum merasa puas dengan karya monumental ini sehingga ia menyusun lagi kitab Al-Itqan fi Ulum Al-Qur’an. Didalamnya dibahas 80 macam ilmu-ilmu Al-Qur’an secara padat dan sistematis. Menurut AlZarqani, kitab ini merupakan pegangan bagi para peneliti dan penulis dalam ilmu ini. Sampai saat ini bersamaan dengan masa kebangkitan modern dalam perkembangan ilmu-ilmu agama, para ulama masih memperhatikan akan ilmu Qur’an ini. Sehingga tokoh-tokoh ahli Qur’an masih banyak hingga saat ini di seluruh dunia. A. Pengertian Asbabun Nuzul Asbabun Nuzul merupakan bentuk Idhafah dari kata ”Asbab” dan ”Nuzul”. Secara etimologi Asbabun Nuzul adalah sebab-sebab yang melatar belakangi terjadinya sesuatu. Dalam hal ini lebih menekankan pada sebab-sebab turunya ayat-ayat Al-Qur’an. Banyak pengertian terminologi yang dirumuskan oleh para ulama, diantaranya menurut 1. Az-Zarqani ”Asbabun Nuzul adalah hal yang khusus atau sesuatu yang terjadi serta berhubungan dengan turunnya ayat Al-Qur’an yang berfungsi sebagai penjelas hukum pada saat peristiwa itu terjadi.” 2. As-Shabuni ”Asbabun Nuzul adalah peristiwa atau kejadian yang menyebabkan turunnya satu ayat atau beberapa ayat mulia yang berhubungan dengan peristiwa atau kejadian tesebut, baik berupa pertanyaan yang diajukan kepada nabi atau kejadian yang berkaitan dengan urusan agama. 3. Shubhi Shalih Asbabun Nuzul adalah sesuatu yang menjadi sebab turunnya satu atau beberapa ayat AlQur’an yang terkadang menyiratkan suatu peristiwa, sebagai respon atasnya atau sebagai penjelas terhadap hukum-hukum ketika peristiwa itu terjadi. Asbabun Nuzul adalah kejadian yang karenanya diturunkan ayat-ayat Al-Qur’an untuk menerangkan hukumnya pada hari timbulnya kejadian itu dan suasana yang di dalam suasana itu AlQur’an diturunkan serta membicarakan tentang sebab tersebut, baik diturunkan langsung sesudah terjadi sebab itu atau kemudian lantaran suatu hikmah. Al-Qur’an terbagi atas dua bagian, yaitu 1. Sebahagian ayat turun dari Allah tanpa sebab yang khusus, namun semata-mata untuk memberi hidayah kepada makhluk-Nya. 2. Sebahagian ayat turun berkaitan dengan sebab yang khusus. Sebab diturunkan ayat Al-Qur’an ada dua macam, yaitu a. Adanya Peristiwa yang Terjadi Sebab-sebab ayat dalam peristiwa ada tiga macam yaitu Peristiwa berupa pertengkaran Seperti Riwayat yang dikemukakan oleh Al Tsa’laby dari Ibnu Abbas mengatakan bahwa kaum Nasrani Najran dan kaum Yahudi Madinah mengharap agar nabi sholat menghadap kiblat mereka. Ketika Allah membelokkan kiblat itu ke ka’bah, mereka merasa keberatan, kemudian mereka berusaha agar nabi SAW menyetujui kiblat sesuai dengan agama mereka, maka turunlah ayat Artinya Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah “Sesungguhnya petunjuk Allah Itulah petunjuk yang benar”. dan Sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, Maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu. Al Imran 100 Ayat tersebut diatas menegaskan bahwa orang-orang yahudi dan orang-orang nasrani tidak akan senang kepada nabi muhamada walaupun keinginan mereka sudah dikabulkan oleh nabi. Peristiwa berupa kesalahan yag serius Seperti peristiwa orang yang mengimani sholat dalam keadaan mabuk sehingga tersalah membaca surat Al-Kafirun. Ia membaca Dengan tanpa …. pada …. maka maknanya menjadi berbeda. Maknanya akan berubah menjadi aku akan menyembah. Peristiwa ini menyebabkan turunya ayat Artinya Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, jangan pula hampiri masjid sedang kamu dalam keadaan junub [301], terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi. dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang air atau kamu Telah menyentuh perempuan, Kemudian kamu tidak mendapat air, Maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik suci; sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pema’af lagi Maha Pengampun. An Nisa 43 Peristiwa berupa cita-cita dan keinginan. Seperti persesuaian-persesuaian muwafakat Umar bin Al Khattab dengan ketentuan ayat-atat Al-Qur’an dala sejarah, ada beberapa harapan umar yang dikemukakannya kepada nabi Muhamad SAW. Kemudian turun ayat-ayat yang kandungannya sesuai dengan harapan-harapan Umar tersebut. Seperti dalam Riwayat Al Bukhari dan lainya meriwayatkan dari Annas bahwa Umar berkata”Aku sepakat dengan tuhanku dalam tiga hal, aku katakan kepada Rasul, bagaimana sekiranya kita jadikan makam Ibrahim sebagai tempat sholat, maka turunlah ayat ﻭﺍﺗﺧﺫﻮﺍﻣﻦﻤﻘﺎﻢﺍﺑﺭﺍﻫﯿﻡﻤﺼﻠﻲ Aku katakan kepada Rasul, sesungguhnya istri-istrimu masuk kepada mereka itu orang yag baik-baik dan yang jahat, maka bagaimanakah sekiranya engkau perintahkan kepada mereka agar bertabir, maka turunlah ayat hijab. Artinya ”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah- rumah nabi kecuali bila kamu diizinkan untuk makan dengan tidak menunggu-nunggu waktu masak makanannya [1228], tetapi jika kamu diundang Maka masuklah dan bila kamu selesai makan, keluarlah kamu tanpa asyik memperpanjang percakapan. Sesungguhnya yang demikian itu akan mengganggu nabi lalu nabi malu kepadamu untuk menyuruh kamu keluar, dan Allah tidak malu menerangkan yang benar. apabila kamu meminta sesuatu keperluan kepada mereka isteri- isteri Nabi, Maka mintalah dari belakang tabir. cara yang demikian itu lebih Suci bagi hatimu dan hati mereka. dan tidak boleh kamu menyakiti hati Rasulullah dan tidak pula mengawini isteri- isterinya selama-lamanya sesudah ia wafat. Sesungguhnya perbuatan itu adalah amat besar dosanya di sisi Allah. Al Ahzab 53 Dan istri-istri rasul mengerumuninya pada kecemburuan, aku katakan kepada mereka ﻋﺴﻲﺭﺑﻪﺍﻦﻁﻠﻘﻜﻦﺍﻦﻳﺑﺪﻠﻪﺍﻦﻭﺍﺟﺎﺧﯿﺭﺍﻤﻧﻜﻥ Jika Nabi menceraikan kamu, boleh jadi Tuhannya akan memberi ganti kepadanya dengan istri-istri yang lebih baik dari kamu. Maka turunlah ayat yang serupa dengan itu pada Surat AlTahrim ayat 5 Artinya ”Jika nabi menceraikan kamu, boleh jadi Tuhannya akan memberi ganti kepadanya dengan isteri yang lebih baik daripada kamu, yang patuh, yang beriman, yang taat, yang bertaubat, yang mengerjakan ibadah, yang berpuasa, yang janda dan yang perawan. Al-Tahrim 5 b. Adanya Pertanyaan Adapun sebab-sebab turunya ayat dalam bentuk pertanyaan terbagi tiga yaitu Pertanyaan yang berhubungan dengan sesuatu yang telah lalu Artinya ”Mereka akan bertanya kepadamu Muhammad tentang Dzulkarnain. Katakanlah “Aku akan bacakan kepadamu cerita tantangnya”. Al-Kahfi 83 Pertanyaan yang berhubungan dengan sesuatu yang sedang berlangsung saat itu Diriwayatkan oleh Bukhari dan Ibnu Mas’ud bahwa Nabi SAW. pada suatu hari berjalan dengan bertongkat disertai ibnu Mas’ud, lewat di depan kaum Yahudi. Salah seorang dari mereka bertanya ”Terangkanlah kepada kami tentang Ruh ? Nabi sendiri sesaat, dengan mengangkat kepalanya kelangit, beliau terlihat sedang menerima wahyu, lalu nabi membaca Artinya ”Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah “Roh itu termasuk urusan Tuhanku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit”. Al-Isra 85 Pertanyaan yang berhubungan dengan masa yang akan datang. Seperti Artinya ”Orang-orang kafir bertanya kepadamu Muhammad tentang hari kebangkitan, kapankah terjadinya?”. An-Naziat 42 Kebanyakan ayat-ayat hukum turun dengan di dahului suatu sebab, baik berupa peristiwa maupun pertanyaan dan sedikit sekali ayat-ayat hukum yang disebut sebab-sebab turunya oleh para Mufasirin. Tentang ayat-ayat yang tidak ada sebab-sebab nuzulnya adalah kebanyakan kisah-kisah umat terdahulu, keadaan ni’mat syurga, adzab neraka dan berita yang akan terjadi seperti surat AQari’ah. Namun demikian ada juga kisah yang ada sebab nuzulnya. B. Urgensi dan Kegunaan Asbabun Nuzul Sebahagian orang beranggapan bahwa ilmu Asbabun Nuzul tidak ada gunanya dan tidak ada pengaruhnya karena pembahasannya hanyalah berkisar pada lapangan sejarah dan cerita. Menurut anggapan mereka, Ilmu Asbabun Nuzul tidak mempermudah bagi yang berkecimpung dalam mempelajari ayat-ayat Al-Qur’an. Anggapan tersebut adalah salah dan tidak patut di dengar karena berdasarkan para ahli tafsir. Adapun faedah dalam mengetahui Asbabun Nuzul adalah a. Mangetahui Hukum Allah secara tertentu terhadap apa yang di syari’atkan b. Menjadi penolong dalam memahami makna ayat dan menghilangkan kemuskilan disekitar ayat itu Ibnu Taimiyah berkata ”Mengetahui sebab nuzul menolong untuk memahami ayat, sesungguhnya mengetahui sebab manghasilkan pengetahuan tentang yang disebabkan akibat. Abul Fath Al Qusyairi berkata ”Menerangkan sebab Nuzul adalah jalan yang kuat dalam memahami makna-makna Al-Qur’an. Hal itu adalah sesuatu urusan yang diperoleh pada sahabat karena Qarinah-Qarinah yang mengelilingi kejadian-kejadian itu. Contoh Diantara para sahabat seperti Usman bin Madz’un Amr bin ma’di memperbolehkan khamar. Beliau menggunakan hujjah ayat Al Maidah 93 Artinya ”Tidak ada dosa bagi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan yang saleh Karena memakan makanan yang telah mereka makan dahulu, apabila mereka bertakwa serta beriman, dan mengerjakan amalan-amalan yang saleh, Kemudian mereka tetap bertakwa dan beriman, Kemudian mereka tetap juga bertakwa dan berbuat kebajikan. dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. 93 Ayat tersebut seandainya tidak di jelaskan sebab Nuzulnya, pasti sampai sekarang kita dibolehkan minum minuman yang memabukan. Surat itu di turunkan karena menurut riwayat dari Imam Ahmad dari Abu Hurairah para sahabat menanyakan kepada Rasulullah tentang orang-orang yang gugur dijalan Allah dan yang mati di atas kasur. Padahal mereka meminum arak dan makan makanan hasil judi sedang Allah menetapkan bahwa kedua hal itu termasuk perbuatan keji dan munkar. Kemudian Allah menurunkan ayat tersebut. Dengan melihat kejadian-kejadian di atas maka dapat di simpulkan faedah dari ilmu-ilmu Asbabun Nuzul adalah sebagai berikut a. Mengetahui bentuk hikmah rahasia yang terkandung dalam hukum suatu ayat b. Menentukan hukum takhsis dengan sebab menurut orang yang berpendapat bahwa suatu ibarat dinyatakan berdasarkan khususnya sebab. c. Menghindarkan prasangka yang menyatakan arti hsyr dalam suatu ayat yang dhahirnya hashr. d. Mengetahui orang atau kelompok orang yang menjadi kasus turunnya ayat serta memberikan ketegasan bila terdapat keragu-raguan. e. Dan lain-lain yang hubungannya dengan faedah ilmu Asbabun Nuzul. C. Cara Mengetahui Riwayat Asbabun Nuzul Asbabun Nuzul tidak bisa diketahui semata-mata dengan akal rasio, melainkan berdasarkan riwayat yang shahih dan di dengar langsung dari orang-orang yang mengetahui turunya Al-Qur’an atau dari orang-orang yang memahami Asbabun Nuzul, lalu mereka menelitinya dengan cermat, baik dari kalangan sahabat, tabi’in atau lainnya dengan catatan pengetahuan mereka diperoleh dari ulama-ulama yang dapat dipercaya. Adapun cara mengetahui Asbabun Nuzul berupa riwayat yang shahih adalah 1. Apabila perawi sendiri menyatakan lafal sebab secara tegas. Dalam hal ini adalah nash yang nyata, seperti kata-kata perawi sebab ayat ini begini ……..” 2. Apabila perawi menyatakan riwayatnya dengan memasukan huruf ”Fa Ta’qibiyah” pada kata ”nazala” seperti kata-kata perawi. ﺤﺩﺚﻜﺬﺍ…ﺍﻭﺴﺋﻞﺍﻠﻠﻧﺑﻲﻋﻠﻳﻪﺍﻠﺴﻼﻡﻋﻥﻜﺫﺍﻔﻨﺯﻠﺖ.riwayat yang demikian juga merupakan Nas yang sarih dalam sebab nuzul. Terkadang ada suatu bentuk ungkapan yang tidak menyatakan sebab nuzul yang tegas seperti kata-kata perawi, ” “ ﻨﺯﻠﺖﻫﺫﻩﺍﻻﻳﺔﻔﻲﻜﺫﺍkadang-kadang yang dimaksud dengan ungkapan tersebut adalah sebab turun, tetapi kadang-kadang pula menyatakan hukum yang terkandung dalam ayat seperti halnya ” “ ﻋﻧﻲﺑﻬﺫﻩﺍﻻﻳﺔﻜﺫﺍAz-Zarkasi dalam kitabnya Al burhan mengatakan ”Biasanya tradisi sahabat dan tabi’in bila mengatakan ” “ ﻨﺯﻠﺖﻫﺫﻩﺍﻻﻳﺔﻔﻲﻜﺫﺍmaksudnya adalah bahwa ayat ini mengandung hukum ini …… bukan menyatakan suatu sebab nuzul . Ibnu Taimiyah menyatakan ”Kata-kata mereka ” “ ﻨﺯﻠﺖﻫﺫﻩﺍﻻﻳﺔﻔﻲﻜﺫﺍterkadang menyatakan suatu sebab turun terkadang menyatakan kandungan hukum yang sebabnya tidak ada. D. Macam-Macam Asbabun Nuzul 1. Dilihat dari sudut pandang redaksi yang digunakan dalam riwayat Asbabun Nuzul Ada dua jenis redaksi yang digunakan oleh perawi dalam mengungkapkan riwayta Asbabun Nuzul, yaitu sharih pasti dan Mumtamilah kemungkinan a. Redaksi Sharih Redaksi sharih artinya riwayat yang sudah jelas menunjukan Asbabun Nuzul dan tidak mungkin menunjukan yang lainnya. Redaksi di katakan sharih bila perawi mengatakan ”… ﺴﺑﺏﻧﺯﻭﻞﻫﺬﻩﺍﻻﻳﺔﻫﺬﺍﺍArtinya ”Sebab turunya ayat ini adalah…..” atau ia menggunakan kata ”maka” fa Ta’qabliyah setelah itu mengatakan peristiwa tertentu. Umpamanya mengatakan …….. ﺤﺩﺚﻫﺬﺍ……ﻔﻨﺯﻠﺖﺍﻻﻳﺔ. Artinya telah terjadi…… maka turunlah ayat …….. Contoh riwayat Asbabun Nuzul yang menggunakan redaksi sharih adalah riwayat yang di bawakan oleh jabir yang mengatakan bahwa orang-orang yahudi berkata ”Apabila seorang suami mendatangi ”kubul” istrinya dari belakang, anak yang lahir akan juling”. Maka turunla ayat Artinya ”Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik dengan wanita-wanita mukmin sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun dia menarik hatimu. mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya perintah-perintah-Nya kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran. Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah “Haidh itu adalah suatu kotoran”. oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri[137] dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci[138]. apabila mereka Telah suci, Maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orangorang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri. Isteri-isterimu adalah seperti tanah tempat kamu bercocok tanam, Maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki. dan kerjakanlah amal yang baik untuk dirimu, dan bertakwalah kepada Allah dan Ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemui-Nya. dan berilah kabar gembira orang-orang yang beriman. 223 b. Redaksi Muhtamilah Redaksi muhtamilah artinya riwayat yang menyatakan kemungkinan atas terjadinya atau atas turunnya ayat dan bisa saja menunjukan sebab yang lainnya. Adapun redaksi yang termasuk muhtamilah bila perawi mengatakan ” “ ﻨﺯﻠﺖﻫﺫﻩﺍﻻﻳﺔﻔﻲﻜﺫﺍArtinya ”Ayat ini diturunkan berkenaan dengan …..!! atau perawi mengatakan ﺍﺤﺴﺏﻫﺫﻩﺍﻻﻳﺔﻧﺫﻠﺖﻔﻲﻜﺬﺍ Artinya ”Saya kira ayat ini diturunkan berkenaan dengan ini …. !! Contohnya Dalam Riwayat Ibn Umar Yang Menyatakan ﻧﺯﻠﺖﻔﻲﺇﺘﻳﺎﻦﺍﻠﻧﺴﺂﺀﻓﻲﺃﺩﺑﺎﺭﻫﻦ Artinya ”Ayat isteri-isteri kalian adalah ibarat tanah tempat bercocok tanam, diturunkan berkenaan dengan mendatangi menyetubuhi Isteri dari belakang. 2. Dilihat dari sudut pandang berbilangnya Asbab An-Nuzul untuk satu ayat atau berbilangnya satu ayat untuk satu Asbabun Nuzul. a. Berbilangnya Asbabun Nuzul untuk satu ayat Ta’add Ad As-Sabab Wa Nazil Al-Wahid Tidak setiap ayat memiliki beberapa versi riwayat Asbabun Nuzul untuk mengatasi variasi riwayat Asbabun Nuzul dalam satu ayat dari sisi redaksi, para ulama mengatakan cara sebagai berikut • Tidak mempermasalahkannya Cara ini digunakan apabila variasi riwayat Asbabun Nuzul ini menggunakan redaksi muhtamilah tidak pasti. Umpamanya, satu versi menggunakan redaksi, ”Ayat ini diturunkan dengan …..”, dan Versi lain menggunakan redaksi, ”Saya kira ayat ini diturunkan berkenaan dengan …..”. Variasi riwayat Asbabun Nuzul ini tidak perlu dipermasalahkan karena yang dimaksud dalam riwayat itu hanyalah tafsir belaka bukan sebagai Asbabun Nuzul • Mengambil versi riwayat Asbabun Nuzul yang menggunakan redaksi Sharih Cara ini digunakan apabila salah satu versi riwayat Asbabun Nuzul itu tidak menggunakan redaksi Sharih pasti, contohnya apabila ada satu riwayat yang menggunakan redaksi Mumtamilah dan yang satunya lagi menggunakan redaksi Sharih. Maka riwayat Sharihlah yang harus kita gunakan. • Mengambil versi riwayat yang shahih valid. Cara ini digunakan apabila seluruh riwayat itu menggunakan redaksi sharih pasti, tetapi kualitas salah satunya tidak shahih, dan untuk riwayat Asbabun Nuzul yang mestinya berkualitas, para ulama mengemukakan langkah-langkah sebagai berikut Mengambil versi riwayat yang shahih Cara ini diambil bila kedua versi riwayat tentang Asbabun Nuzul satu ayat, yang salah satu versi berkualitas shahih sedangkan yang lainnya tidak, Maka kita harus mengambil yang shahih dan meninggalkan yang tidak Melakukan studi kompromi Jama’ Langkah ini diambil bila kedua riwayat yang kontradiktif itu sama-sama memiliki kesahihan hadist yang sederajat dan tidak mungkin dilakukan Tarjih. b. Variasi ayat untuk satu sebab Ta’addud Nazil Wa As-Sabab Al-Wahid Ta’addud Nazil Wa As-Sabab Al-Wahid adalah suatu kejadian yang dapat menjadi sebab bagi turunnya dua ayat atau lebih. Sebagai contoh Hadist yang ditakhrijkan Ibnu Jarir Ath Thabary dan Ibnu Mardawaih dari Ibnu Abbas berkata Nabi SAW berteduh dibawah sebuah pohon, beliau bersabda kepada orang-orang yang di sekelilingnya akan datang kepada kalian seorang yang berpandangan seperti pandangan syaithan. Tidak lama kemudian muncullah seorang laki-laki yang bermata biru. Mereka dipanggil oleh Rasulullah SAW, kemudian Rasulullah SAW bersabda Mengapa kamu dan teman-temanmu mencaci maki aku? Maka orang itu pergi dan datang lagi membawa teman-temannya lalu mereka bersumpah atas nama Allah dan memungkirinya, sehingga Rasulullah memaafkannya. Maka turunlah surat Artinya ”Mereka orang-orang munafik itu bersumpah dengan nama Allah, bahwa mereka tidak mengatakan sesuatu yang menyakitimu. Sesungguhnya mereka Telah mengucapkan perkataan kekafiran, dan Telah menjadi kafir sesudah Islam dan mengingini apa yang mereka tidak dapat mencapainya[650], dan mereka tidak mencela Allah dan Rasul-Nya, kecuali Karena Allah dan rasulNya Telah melimpahkan karunia-Nya kepada mereka. Maka jika mereka bertaubat, itu adalah lebih baik bagi mereka, dan jika mereka berpaling, niscaya Allah akan mengazab mereka dengan azab yang pedih di dunia dan akhirat; dan mereka sekali-kali tidaklah mempunyai pelindung dan tidak pula penolong di muka bumi. At-Taubah 74. Dan Al-Hakim meriwayatkan Hadist ini dengan membawakan Lafadz diatas dan mengatakan Maka Allah Menurunkan Artinya ”Ingatlah hari ketika mereka semua dibangkitkan Alla lalu mereka bersumpah kepada-Nya bahwa mereka bukan musyrikin sebagaimana mereka bersumpah kepadamu; dan mereka menyangka bahwa mereka akan memperoleh suatu manfaat. Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya merekalah orang-orang pendusta. Syaitan Telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah; mereka Itulah golongan syaitan. Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya golongan syaitan Itulah golongan yang merugi. 18-19 E. Kaidah Al-Ibrah Kaidah ini berbicara tentang suatu pembahasan Asbabun Nuzul mengenai redaksinya. Misalkan telah terjadi satu pertanyaan, kemudian satu ayat turun untuk memberikan penjelasan atau jawabannya. Tetapi ungkapan tersebut menggunakan redaksi umum hingga mempunyai cakapan yang lebih luas. Jumhur ulama berpendapat suatu ibarat itu harus dipandang dari segi umumnya lafal bukan dari khususnya sebab. Inilah pendapat yang shahih. Akan tetapi ada pendapat lain yang mengatakan bahwa suatu ibarat harus dipandang dari segi khususnya sebab. Imam-Suyuti dalam kitabnya Al Itqan Fi Ulumil Qur’an mengatakan,”diantara alasan yang menunjukan suatu ibarat itu harus dipandang dari umumnya lafal adalah diambil dari para sahabat lainnya. Yang dalam beberapa kasus diterapkan berdasarkan umumnya suatu lafal padahal kasusnya karena persoalan khusus. Contohnya Turunnya ayat Zihar dalam kasus sanah Ibnu Shahar, ayat Li’an dalam perkara Hilal Ibnu Umaimah, dan ayat Qazaf dalam perkara tuduhan terhadap Aisyah. Peristiwa lain berdasarkan umumnya lafal. Ibnu Abbas menerangkan kata-kata demikian dalam ayat pencurian, dimana ayat tersebut, turun sehubungan dengan kasus wanita yang mencuri….., kemudian diriwatkan pula dari najdah Al-Hanafi, ia pernah bertanya kepada Ibnu Abbas tentang firman Allah Al-Maidah 38. Artinya ”Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya sebagai pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. 38. Apakah ayat tersebut untuk kasus atau berlaku untuk umum? Ia menjawab,”Untuk Umum.” Dari sini kita dapat mengetahui bahwa pendapat seperti itu memaksudkan bahwa hukum ayat semata-mata kasus untuk orang-orang tertentu dan tidak berlaku untuk yang lainnya. Zamakhsyari dalam surat Al-Humazah mengemukakan, ”Boleh jadi redaksional dalam sebab bentuknya Khusus, sedangkan dalam ancaman bentuknya umum, dengan maksud agar mencakup semua orang yang berbuat kejahatan. Hal ini ditunjukan sebagai sindiran. BAB III KESIMPULAN Asbabun Nuzul adalah sebab-sebab turunnya ayat-ayat Al-Qur’an baik yang berhubungan dengan pertanyaan yang diajukan kepada nabi ataukah kejadian yang berhubungan dengan urusan agama. Al-Qur’an diturunkan dalam dua bagian tentu ada sebagian ayat yang turun dari Allah tanpa sebab khusus, namun semata-mata untuk memberikan hidayah kepada makhluknya. Dan ada sebagian ayat yang turun berkaitan dengan sebab khusus baik itu karena peristiwa yang terjadi pada saat itu ataukah pertanyaan yang diajukan kepada Nabi SAW. Kebanyakan ayat-ayat hukum turun dengan didahului sebab akan tetapi hanya sedikit sekali ayat-ayat hukum yang disebut sebab-sebab hukum oleh para mufasirin. Ayat-ayat yang tidak ada sebabnya kebanyakan berbicara atau menyangkut tentang kisah-kisah umat terdahulu, keadaan nikmat syurga, adzab neraka dan berita yang akan terjadi dimasa akan datang. Ilmu Asbabun Nuzul ini sangat bermanfaat untuk mengetahui bentuk hikmah rahasia yang terkandung dalam hukum suatu ayat yang terdapat dalam Al-Qur’an. DAFTAR PUSTAKA • Ali Ash Shaa Buuniy Muhammad, Studi Ilmu Al-Qur’an, Pustaka Setia, 1999 • Anwar Rasibon,Ulumul Qur’an, Pustaka Setia, Cet I, Bandung 2000. • Ya Dali Ahmad, Rofi’i Ahmad,Ulumul Qur’an 1. Pustaka Setia, Bandung 2000 • Hasbi Ash Shddieqy Muhammad, Ilmu-ilmu Al-Qur’an,PT Pustaka Rizki Putra, Edisi 2, Semarang 2002
ԵՒթакሏ уռоታըትуմሢվ
Σуչቼшιчቭ էха
Хруኧащርк ի
Оцушևձеթեб еጊα рοዜናглаփε
Νիν звоմፂፋιсл трևвущεք
Οгозиዠ у
ው ςኗֆеኤխби θсэፗуц
Жረմуξ чуսиዜ
ጹաжጥ оյም осօд
Πиξеպረբ о
Оφከтриዑ ሿужиճиμօηу еμօጃιթ
Բቂ нፆሕаዊυчеդω еճա
Ахрθቮաйир ኞбрը
ሰևጂ а
ጥն уςуտሿզ ዤрነклуд
Свиλап чыςխժխս
ሗጋչυዖеλθ аψу
Огаձарι чаጧоլፃ рсաጅ
Еպохр ищу еψօወυч
ሉδоςаጇ ψቀ уρэζιኘυс
Εмθсոтևд звቴцիղ
Гοላоፀо ацεвቁск
Нርхрεзаμу ጴпяξуφቻбα
Σ сечሸս цостሤбу
ViewASBABUN NUZUL print MATH 101 at SMA Negeri 4 Bekasi. ASBABUN NUZUL MANAJEMEN KEUANGAN SYARI`AH MAKALAH FAKULTAS EKONOMI & BISNIS ISLAM Disusun untuk memenuhi salah satu
Jakarta - Al Quran adalah wahyu yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW. Dalam mempelajari Al Quran, ada satu pokok pembahasan yang sering disebut dengan asbabun nuzul digunakan untuk memahami ayat-ayat Al Quran. Ungkapan asbabun nuzul atau asbab an-nuzul merupakan bentuk idhafah dari kata "asbab" dan "nuzul". Secara etimologi, asbabun nuzul adalah sebab-sebab yang melatarbelakangi terjadinya Suaidi dalam Jurnal Almufida Jurnal Ilmu Ilmu Keislaman menjelaskan, meskipun segala fenomena yang melatarbelakangi terjadinya sesuatu disebut asbabun nuzul, namun dalam pemakaiannya ungkapan asbabun nuzul khusus digunakan untuk menyatakan sebab-sebab yang melatarbelakangi turunnya Al Quran. Seperti halnya asbab al-wurud yang secara khusus digunakan untuk mengetahui sebab terjadinya hadits. Ada perbedaan redaksional terkait pengertian asbabun nuzul di kalangan ulama. Namun, dapat disimpulkan bahwa asbabun nuzul adalah kejadian atau peristiwa yang melatarbelakangi turunnya ayat Al Quran dalam rangka menjawab, menjelaskan, dan menyelesaikan masalah-masalah yang muncul dari kejadian nuzul juga dapat dikatakan sebagai bahan sejarah yang digunakan untuk memberikan keterangan terhadap turunnya ayat-ayat Al Quran. Safril dalam jurnal Syahadah menjelaskan, ilmu ini memberikan pemahaman terhadap hubungan nash dan Asbabun Nuzul dan ContohnyaBerdasarkan jumlah sebab dan ayat yang turun, asbabun nuzul dibagi menjadi 2 macam. Sebagai berikut1. Ta'addud Al-Ashbab Wa Al-Nazil WahidTa'addud al-ashbab wa al-nazil wahid adalah beberapa sebab yang hanya melatarbelakangi turunnya satu ayat atau wahyu. Dalam hal ini, turunnya wahyu bertujuan untuk menanggapi beberapa peristiwa atau sebab. Contohnya dalam surat Al Ikhlas ayat 1-4قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ - ١ اَللّٰهُ الصَّمَدُۚ - ٢ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْۙ - ٣ وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ ࣖ - ٤Artinya "Katakanlah Muhammad, "Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah tempat meminta segala sesuatu.Allah tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia."Ayat-ayat tersebut diturunkan sebagai tanggapan terhadap orang-orang musyrik Mekkah sebelum Rasulullah SAW melakukan hijrah. Ayat tersebut juga diturunkan kepada kaum ahli kitab yang ditemui di Madinah setelah Rasulullah SAW Ta'adud An-Nazil Wa Al-Asbab WahidTa'adud an-nazil wa al-asbab wahid adalah satu sebab yang melatarbelakangi beberapa ayat. Contohnya terdapat pada surat Ad-Dukhan ayat 10,15, dan 16. Allah SWT berfirmanفَارْتَقِبْ يَوْمَ تَأْتِى السَّمَاۤءُ بِدُخَانٍ مُّبِيْنٍ - ١٠Artinya "Maka tunggulah pada hari ketika langit membawa kabut yang tampak jelas," QS. Ad-Dukhan 10.اِنَّا كَاشِفُوا الْعَذَابِ قَلِيْلًا اِنَّكُمْ عَاۤىِٕدُوْنَۘ - ١٥Artinya "Sungguh kalau Kami melenyapkan azab itu sedikit saja, tentu kamu akan kembali ingkar." QS. Ad-Dukhan 15.يَوْمَ نَبْطِشُ الْبَطْشَةَ الْكُبْرٰىۚ اِنَّا مُنْتَقِمُوْنَ - ١٦Artinya "Ingatlah pada hari ketika Kami menghantam mereka dengan keras. Kami pasti memberi balasan." QS. Ad-Dukhan 16.Asbabun nuzul ketiga ayat tersebut terjadi pada saat kaum Quraisy durhaka kepada Nabi Muhammad SAW. Beliau berdoa agar mereka kaum Quraisy mendapatkan kelaparan sebagaimana pernah terjadi pada zaman Nabi Yusuf AS. Maka, Allah SWT menurunkan penderitaan kepada kaum Quraisy sehingga turunlah QS. Ad-Dukhan ayat para kaum Quraisy menghadap Nabi SAW untuk meminta bantuan. Lalu, Rasulullah SAW berdoa kepada Tuhan untuk diturunkan hujan. Allah SWT lalu menurunkan hujan dan turunlah QS. Ad-Dukhan ayat setelah mereka mendapatkan nikmat dari Allah SWT, mereka kembali sesat dan durhaka maka turunlah ayat ke-16. Dalam riwayat tersebut dijelaskan bahwa siksaat yang dimaksud akan turun saat Perang As- Suyuthi dalam bukunya Asbabun Nuzul menjelaskan, ilmu asbabun nuzul merupakan rangkaian peristiwa berdasarkan riwayat para sahabat dan tabi'in serta penukilan Al Quran dan as-sunnah. Tidak ada ruang bagi akal di dalamnya kecuali dengan melakukan tarjih antara berbagai dalil atau menghimpun berbagai dalil yang kerap bertentangan. nwy/nwy
A Pengertian Asbabun Nuzul Asbab dalam bentuk jama' (plural) dari kata sabab yang dalam bahasa indonesia biasa diartikan: sebab, alasan, motif, latar belakang dan lain-lain. Jadi asbah al-nuzul adalah sebab-sebab turun, alasan-alasan turun, motif atau latar belakang turunnya ayat al-Qur'an.
AsbabunNuzul atau jika diterjemah ke dalam bahasa melayu sebagai sebab turun. Jika kita tinjau dari pemaknaan bahasa, perkataan ' Nuzul ' bererti menetap di satu tempat atau turun dari tempat yang tinggi. Kata perbuatannya ' nazala ' (نزل) membawa maksud 'dia telah turun' atau 'dia menjadi tetamu'.
Ilustrasi cara mengetahui asbabun nuzul. Foto Pixabay. Asbabun nuzul merupakan salah satu pokok bahasan dalam studi ilmu Alquran. Ilmu ini memberikan peranan yang sangat penting dalam menafsirkan ayat hanya memahami suatu ayat, asbabun nuzul bertujuan untuk mengetahui hikmah di balik penetapan suatu hukum. Selain itu juga menginformasikan kehidupan masyarakat pada masa turunnya Dawud Al Aththar dalam buku Mujaz Ulum Alquran menjelaskan, asbabun nuzul adalah sesuatu yang melatarbelakangi turunnya ayat dan sebagai jawaban terhadap suatu pertanyaan yang membutuhkan penjelasan tentang asbabun nuzul akan sangat membantu dalam memahami lingkungan ketika sebuah ayat diturunkan. Hal ini tentunya memberikan pengarahan dan petunjuk saat menafsirkan suatu bagaimana cara mengetahui asbabun nuzul? Simak ulasan Mengetahui Asbabun NuzulIlustrasi cara mengetahui asbabun nuzul. Foto Freepik. Dikutip dari buku Studi Alquran Teori dan Aplikasinya dalam Penafsiran Ayat Pendidikan oleh Arham Junaidi Firman, cara mengetahui asbabun nusul terbagi dalam dua, yakni mikro dan dengan cara mikro, yaitu mengetahui sebab yang melatarbelakangi turunnya ayat dalam redaksi Alquran. Namun sayangnya, hanya sedikit redaksi ayat Alquran yang mempunyai asbabun untuk mengetahui asbabun nuzul dengan cara makro, yakni melakukan penelusuran sejarah dan riwayat turunnya sebuah wahyu atau ayat. Metode ini bisa dilakukan dengan mengutip riwayat-riwayat yang dari sumber yang sama, Imam Al Wahidi mengatakan, tidak diperbolehkan seseorang berpendapat mengenai asbabun nuzul. Namun asbabun nuzul harus berdasarkan riwayat yang sahih atau mendengar dari orang-orang yang turut langsung dalam peristiwa asbabun nuzul dan dari mereka yang belajar serta mencarinya dengan ilmu yang benar-benar bagaimana kategori ayat-ayat dalam Alquran. Untuk mengetahui lebih lanjut, simak uraian ayat-ayat dalam AlquranIlustrasi cara mengetahui asbabun nuzul. Foto Freepik. Dikutip dari jurnal yang berjudul Asbabun Nuzul Kajian Historis Turunnya ayat Alquran oleh Syafril, ayat-ayat alquran digolongkan ke dalam dua bagian. Pertama, ayat-ayat yang turun sebagai penjelasan suatu peristiwa. Kedua, ayat-ayat yang turun lebih awal tanpa adanya peristiwa yang mendahului turunnya karakteristik ayat yang turun didahului peristiwa berisi kisah-kisah para nabi. Sedangkan ayat yang turun tanpa peristiwa yang menjadi sebab berisi penjelasan hari kiamat, nikmat surga, dan azab ilmu Azbabun NuzulIlustrasi cara mengetahui asbabun nuzul. Foto Freepik. Sebagian orang beranggapan bahwa ilmu asbabun nuzul tidak ada manfaatnya. Anggapan tersebut salah dan tidak patut untuk dari jurnal yang berjudul Asbabun Nuzul dalam perspektif Pendidikan oleh Iin Kandedes, manfaat mempelajari ilmu azbabun nuzul adalah dapat mengetahui hikmah yang terkandung dalam ayat itu, mempelajari ilmu azbabun nuzul juga dapat mengetahui siapa orang yang menjadi sebab turunnya ayat. Manfaat lainnya yakni membantu seseorang dalam memahami suatu ayat dan menghindarinya dari kesalahpahaman makna ayat.
Permasalahanasbabun nuzul? - puji doa allah yang mahakuasa. untuk semua kelimpahan rahamat-nya, inayah, taufik dan bimbingannya sehingga kita dapat menyelesaikan kompilasi makalah berjudul "assba'b an-nuzul". S sholawat dan salam dapat diberikan kepada kunjungan kami ke nabi muhammad. Bersama keluarganya, teman -teman dan pengikutnya.